Bogor - Part 2

 Karena itu, walau sudah ada tanda-tanda keseraman, aku tetap teguh akan melaksanakan sholat malam ketikajam dinding sudah menunjukkan waktu pukul satu. Ada getar dalam dada ketika harus melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi belakang untuk berwudhu, karena dalam perjalanannya aku harus melewati tangga, tangga yang sepertinya semakin lama semakin menyeramkan. Leon masih saja di tempatnya, duduk diam didepan tangga, memperhatikan tangga yang berbelok ke kiri.

Sejak sore aku sengaj menyalakan semua lampu di lantai atas, jadinya semuanya terang benderang sampai ke ujung tangga di lantai dua. Setelah selesai berwudhu, aku berjalan lagi menuju ke ruang tengah. Dalam perjalanan inilah ada sesuatu yang menarik perhatianku. 

Ketika aku sudah berada persis didepan tangga, aku mash saja melihat Leon masih duduk didepan tangga, masih terus memperhatikan tangga itu. Melihat kelakuan Leon inilah akhirnya membuat rasa penasaranku memuncak.. Aku menoleh dan ikut memperhatikan ke arah tangga, mencoba mencari tahu apa yang sedang di perhatikan oleh kucing lucu ini. Awalnya aku tidak melihat adanya keanehan, tangga tentu saja dalam keadaan kosong. Ngga ada apa-apa, ngga ada siapa-siapa.

***

Tapi setelah aku perhatikan, lebih seksama lagi, ternyata ada sesuatu..

Tangga ke lantai atas ini berbelok ke kiri, jadi kalau melihat dari bawah kita ngga akan bisa melihat langsung ke lantai atas. Hanya bisa melihat dinding di ujung tangga sebelum kemudian berbelok.

Saat aku memperhatikan tangga itu dengan seksama, ternyata disana ada bayangan di ujung tangga sebelum berbelok ke kiri. Bayangan itu menjadi sangat jelas karena lampu di lantai dua yang menyala terang. Aku melihat bayangan berbentuk oranb, sepertinya si empunya bayangan sedang berdiri di ujung tangga paling atas, yang tidak terjangkau oleh mataku. Siapa itu?

Rasa khawatirku adalah, itu adalah orang yang punya niat jahat. Makanya aku memberanikan diri untuk memaksakan kaki melangkah menaiki tangga. 

Perlahan aku melangkah, satu demi satu anak tangga, sementara bayangan itu masih saja terlihat jelas. Ketika sudah tinggal satu anak tangga lagi sebelum tangga ini berbelok ke kiri, perlahan aku menoleh ke arah kiri, ke arah ujung tangga di lantai atas. 

DEG!

Ternyata ngga da siapa-siapa, aku ngga melihat ada siapa-siapa diatas tangga. Bayangannya pun mendadak hilang.

***

Beberapa detik kemudian, aku mendadak merinding. Angin dingin yang entah dari mana berhembus pelan menerpa wajah dan tubuhku.

Selesai? Belum. Berikutnya aku mendengar suara "duk.. duk.. duk.." lagi, padahal aku ngga melihat ada siapa-siapa disana. 

Melihat dan mendengar itu semua aku mengurungkan niat untuk melanjutkan melangkah ke lantai atas, lalu buru-buru kembali turun. 

Leon gimana? Dia masih saja di tmepatnya, duduk diam di depan tangga. 

Disamping ujung depan ruang tengah, aku menggelar sajadah. Posisi sholatku menghadap ke lemari kayu besar yang bagian depannya berbahan kaca tebal. Dan membelakangi tangga.

Aku mencoba untuk kyusyuk, berkonsentrasi. Aku memulai sholat malam ku..

Ibadah pada tengah malam seperti ini sudah sering kau lakukan sebelumnya, bukan yang pertama kali. Tapi kali ini rasanya sangat berbeda, batinku pontang panting melawan kegelisahanku, ada persanaa takut yang menyeruak seperti terus mencoba untuk mengambil alih pikiranku. Cobaan yang kasat mata bertubi-tubi berusaha menggoyahkan iman.

***

Godaan yang aku rasakan makin menjadi-jadi, ketika pada raka'at kedua aku melihat akan kehadiran sesuatu.

Dari pantulan kaca lemari yang ada didepanku, walau secara ngga langsung, aku melihat ada sebuah bayangan yang sedang berdiri di depan tangga, tangga yang letaknya berada dibelakangku. 

Sosok ini, walaupun belum jelas, tapi aku melihatnya sebagai sosok seorang laki-laki, dia hanya berdidi diam menghadapku.

Melihat itu, tentu saja rasa takutku semakin besar. Tapi aku berusaha untuk ngga menyerah, tetap berusaha untuk terus melanjutkan sholatku.

Dalam posisi berdiri setelah ruku', entah kenapa aku malah reflek melihat ke lemari, sialnya karena itulah aku akhirnya bisa melihat secara langsung dari pantulan kaca, walau masih belum begitu jelas.

Sosok itu benar seorang laki-laki. Sekilas seperti seorang kakek-kakek bertubuh kurus, dia bergerak, berjalan pelan, gontai menuju ke arahku. 

Aku masih mencoba untuk menyelesaikan sholat ku. Selebihnya aku ngga lagi melihat ke depan, kearah lemari. Lebih banyak menunduk sambil terus membaca bacaan sholat ku. 

Singkatnya, akhirnya sholatku selesai juga. 

***

Apakah setelah itu teror selesai? Tentu saja belum!

Dari awal, aku sudah berniat untuk lanjut mengaji setelah selesai sholat malam, alqur'an sudah aku siapa sejak awal. 

Dalam hening malam itu, aku mulai mengaji. Pada prosesnya, sosok seram itu masih aku rasakan kehadirannya.

Suara "duk.. duk.. duk.." yang beberapa kali aku dengar dari lantai atas, kali ini terdengar seperti persis di belakangku, kadang di samping kanan atau kiri. 

Walau melihat secara ngga langsung, aku merasa kalau sosok seram berwujud seperti kakek-kakek itu terkadang seperti sedang berdiri dekat dibelakangku, kadang disampingku, gerakan perpindahannya aku rasakan, dia seperti terus memperhatikan aku yang sedang mengaji. 

Tapi anehnya dititik ini, rasa takutku justru malah berangsur hilang. Aku merasa seperti di beri kekuatannya oleh-Nya, aku bisa lebih khusyuk mengaji. 

***

Aku menang. Aku sanggup mengalahkan godaan yang mencoba untuk menggoyahkan imanku. Hingga akhirnya, ngga terasa sudah memasuki pukul setengah tiga. 

Dari kejauhan, aku mulai mendengar teriakan-teriakan anak-anak kecil yang membangunkan warga untuk sahur, lengkap dengan tetabuhan sebagai pengiring. Aku segera menyelesaikan mengaji ku, lalu bersiap untuk makan sahur. 

Leon? Kucing lucu itu terkulai tidur diatas sofa. Nyenyak.


TAMAT


Komentar

Postingan Populer