Rumah Hutan (Part 1) Prolog - "Beringin di Asrama"
Hari ini sebenarnya bukanlah hari yang kutunggu-tunggu, Karena mulai hari ini aku akan pindah sekolah dari ibukota ke sebuah sekolah didaerah pegunungan lengkap dengan asrama tempat aku akan tinggal nanti.
Sepanjang perjalanan aku hanya menikmati pemandangan sambil memikirkan bagaimana kehidupanku disana saat berpisah dengan kedua orang tua ku. Tinggal diasrama sama sekali tidak pernah kubayangkan, apalagi aku sering mendengar tentang kenakalan anak-anak asrama.
"Gio.. kita udah sampai nih" Ucap ibu memecahkan lamunanku.
aku mengambil barang-barangku dan membawanya turun dari mobil. Pemandangan yang serba hijau dan udara yang segar sedikit menghiburku. Namun ada satu yang menarik perhatianku. Sebuah pohon beringin raksasa yang berukuran sangat besar berdiri tegap dibelakang asrama.
Sekolahku terletak di sebelah asrama, tidak ada yang istimewa dengan sekolahku. Hanya bangunan sekolah biasa seperti sekolah lain pada umumnya.
Kami menuju ke ruang kepala sekolah, beberapa anak kecil seumuranku mengintip dari jendela-jendela asrama, seolah tertarik mencari tahu siapa yang akan menjadi teman baru mereka. Paling tidak aku tidak akan merasa kesepian di tempat ini.
Diruang kepala sekolah itu ibu berbincang cukup panjang dengan kepala sekolah yang memperkenalkan diri sebagai Ibu Ranti. Aku mulai bosan mendengar ibu yang mulai banyak bertanya.
"Gio, kamu tinggal disini dulu gapapa kan?" tanya ibu.
Sebuah pertanyaan klise. Aku menolakpun mereka tidak akan berubah pikiran.
"Iya ma.. kayaknya bakal banyak temen main juga, tadi Gio lihat udah banyak yang ngelihatin Gio dari jendela kamar asrama" jawabku.
Ibu mengelus kepalaku, mungkin karena senang aku sudah jadi anak yang penurut dan ibu kepala sekolah hanya mengernyutkan alisnya melihatku.
Bosan dengan perbincangan mereka, akupun keluar dan berkeliling melihat-lihat suasana sekitar. Udara dingin disini benar-benar membuatku merasa nyaman.
Berkeliling melihat komplek asrama dan sekolah. Betapa takjubnya aku melihat sebuah pohon beringin raksasa yang berdiri kokoh di belakang komplek bangunan asrama ini. Bahkan pohon itu masih bisa terlihat dari beberapa kilometer jauhnya.
"Srek.. srek.." suara seperti benda yang diseret menghancurkan lamunanku. Seketika aku mencari sumber suara itu
Tidak terasa suasana menjadi semakin gelap. Tanpa disadari aku sudah berada di bawah pohon beringin besar itu. Rimbunnya dedaunan menutupi masuknya sinar matahari, akar-akarnya yang menggantung sedikit menggangguku untuk melihat sekitar dengan jelas.
"Hihihi.." suara tawa kecil mendadak terdengar ditelingaku.
Akuoun mencoba mencari sumber suara itu. Namun tidak ada satupun petunjuk asal suara itu. Aku tetap melihat sekeliling berharap suara itu berasal dari seseorang.
"Hihihi.." tawa itu terdengar lagi. Kali ini makin dekat.
Tapi tunggu. Tunggu.. suara itu berasal dari atas!
Suara itu berasal dari pohon beringin!
Aku sadar ada yang tidak beres. Seketika tubuhku terasa lemas, nyaliku mendadak menciut untuk sekedar menoleh ke sumber suara itu. Namun tak lama angin berhembus lembut meniup atas kepalaku. Spontan aku menengok kearah atas dan aku menyesali itu.
Seorang anak perempuan tergantung terbalik diantara akar-akar pohon beringin. Namun aku tidak bisa melihat jelas wajahnya hingga sebuah benda terjatuh dihadapanku.
Kepala anak perempuan itu!
Aku panik dan terjatuh. Apa yang aku lihat tidak dapat kupercaya. Kakiku lemas namun tetap berusaha menjauh dari kepala makhluk itu. Sayangnya makhluk itu tidak hanya diam. Tubuhnya meronta hingga terjatuh dari akar pohon beringin dan berupaya mencari dan menggapai kepalanya.
Keringat dingin kurasakan mengucur dengan deras, terlihat tubuh anak perempuan itu menggenggam rambut kepalanya dan menyeret kepalanya sendiri menghampiriku.
"Ja.. jangan" Aku memohon sambil berusaha berdiri meninggalkan tempat itu.
"Ayo main.." Suara anak itu terdengar menuju kearahku bersamaan dengan suara kepalanya yang terseret.
Tidak ada yang lebih mengerikan dalam hidupku selain melihat kejadian ini. Aku memaksa tubuhku untuk berlari dan bersembunyi dai bangunan tua itu, berharap makhluk itu tidak bisa menemukanku.
"Srrk.. srkkkk.." Suara benda diseret terdengar mengelilingi bangunan ini.
Aku hanya meringkuk bersembunyi di bawah jendela untuk menghindar dari pandangan makhluk itu.
"Hihihi.. kamu dimana, aku cari ya" Suara anak perempuan itu seolah menikmati keadaan ini.
Tak ada lagi yang dapat kuperbuat selain menunggu hingga anak perempuan itu meninggalkan tempat ini.
Setelah cukup lama, suara benda diseret itu terdengar menjauh. Merasa keadaan sudah mulai aman, aku memberanikan untuk membuka mata. Namun sekali lagi, aku menyesal melakukannya. Kepala makhluk itu terlempar masuk dari jendela dan jatuh tepat di depan mataku.
Kepala anak perempuan itu mencoba untuk berputar menghadapku memamerkan wajahnya yang pucat.
"Ketemu.." kepala itu bersuara, dengan senyum yang menurutku sangat mengerikan.
Aku tak lagi dapat menahan tangisku dan dengan mengumpulkan sisa keberanian, aku memaksa kakiku untuk berlari keluar dan mencari pertolongan.
Ddari jauh terlihat beberapa anak kecil berkumpul di dekat asrama. Aku berusaha berlari menghampiri mereka dan meminta pertolongan.
To.. toloonggg! Ada setan, tolong!" Teriakku. Namun sepertinya mereka tidak mendengar teriakanku. Aku tetap berlari kearah mereka.
Belum sempat sampai ke asrama, seekor anjing muncul dengan memasang wajahnya yang menyeramkan.
"Guk..! Grrr..." Anjing itu menggigit celanaku dan menariknya hingga robek. Aku berbalik kearah sekolah tapi anjing itu tetap mengejarku.
Akhirnya aku menemukan ibu yang keluar dari ruang kepala sekolah bersama dengan kepala sekolah.
"Kenapa Gi..?"
"Dikejar anjing ma. Celanaku sobek nih".
"Bu, anjing coklat itu punya siapa ya?" Tanyaku kepada ibu kepala sekolah.
"Yang itu?" sambil menunjuk ke seekor anjing yang berjalan dengan sedikit melompat sambil menjulurkan lidah seolah mengajak bermain.
"Itu anjing peliharaan asrama sini. Dia memang senang mengajak bermain orang baru". lanjutnya.
Aku yang sudah kelelahan hanya bisa bersembunyi di belakang ibuku. Belum sempat menceritakan apa yang kualami tadi, ibu sudah mengajakku meninggalkan sekolah.
"Lita rumahnya Bu Ranti yuk di.." ajak ibuku.
Rupanya, ibu memilih opsi lain untuk tidak menitipkanku di asrama. Melainkan tinggal di irumah Bu Ranti yang juga di gunakan sebagai tempat kos untuk anak-anak. Sudah ada beberapa anak yang tinggal di rumahnya. Disini memang sudah biasa untuk mereka yang tidak kebagian tempat di asrama untuk bisa kos di rumah guru-guru atau warga. Naum tetap bersekolah disana dan dengan disiplin yang sama seperti di asrama.
Kami berjalan kaki dari komplek asrama menuju ke pintu gerbang luar karena rumah Bu Ranti terletak di desa Sukmaraya yang cukup bisa di tempuh dengan jalan kaki.
"Ma, kenapa ngga jadi disini?" Tanyaku penasaran.
"Dirumah Bu Ranti tempatnya lebih layak, mama juga bisa jadi lebih sering nelpon kamu" jawab ibu.
"Tapi ma, disini banyak anak seumuranku, tadi gio juga lihat mereka" ucapku pada ibu.
Bu Ranti mendadak berhenti. Ia menghampiriku dan berbicara padaku.
"Gio.. anak-anak asrama masih pada sekolah semua. Ngga mungkin ada anak-anak di asrama.." Kata Bu Ranti.
BERSAMBUNG
Komentar
Posting Komentar