RAUNG - Perjalanan Mengerikan Gunung Raung (part 3)
Setelah rebes makan malam bersama, segera mas Buluk meminta kami semua untuk packing kembali dan melanjutkan perjalanan menuju pos 7. Mas Buluk dan Ola sudah kaya sopir dan kernet kopaja deh didepan.
"Santai, mas.. wis mangan ora udud..", sahut Adul meminta waktu untuk menghilangkan rasa asam dimulutnya.
"Aduuuullllllll....Ngojeeennnngggg oraaaaaaaaaaa...!!!", sahut gw.
"Mas, rehat dulu sih, jangan becanda dulu.. kan kita baru beres makan, pake acara ada genjeeeh lagi..", jawab Adul
"Sakdul.. Baginade rokonide takasu ashu..", lanjut gw
"Lu ngomong apaan sih, mas?", tanya Adul.
"Gw bagi rokok satu asu, hahaha.."
"Ikeh ikeh ikeh haik.."
"Bentar.. bentar.. gw gak pernah dengar anime bilang ikeh ikeh haik, ini mah bahasa Jepang versi creampy kayanya..", pikir gw bingung.
"Hahaha.. kalian kenapa sih", tanya Tita
"Kaga, yaudah hayu markijut (mari kita lanjut).."
Jarak tempuh antara pos satu dengan pos yang lainnya memang tidak memakan waktu yang panjang. Namun selepas kami meninggalkan pos 5, mulai ada perubahan dimana terlihat mulai berkurangnya pohon-pohon dengan ukuran besar.
Suara-suara aneh masih sering terdengar. Entah suaara apaan gw juga ngga tahu, bisa aja itu suara hewan penghuni gunung ini.
Setelah menapaki langkah demi langkah, tibalah kami di pos 7 Jampang. Dan memutuskan untuk bermalam disini untuk keesokan harinya summit menggapai atap Jawa Tengah.
Kalau inget tanah Jawa, suka malu sama diri sendiri. Dimana m mommy juga asli Jawa, tapi gw ngga bisa bahasa Jawa. Sering banget di ceng in Ola kalau kita lagi komunikasi via telepon, "Mamah mu kan asli Jepara, masa kamu ngga bisa bahasa Jawa..", sering banget si Ola ngomong gitu ke gw.
Heduuhhhh, jadi kangen emak gw deh dirumah. Dimana kalau gw ada salah yang bikin dia jengkel, pasti abis gw diomelin pake bahasa Jawa. Alasan di angomel pake bahasa Jawa ke gw itu, biar gw ngga ngerti dan ngga sakit hati pas di ngomelin gw.
"Mas, kok ngelamun..??", tanya Ola tiba-tiba.
"Iya nih, ngantuk pengen tidur"
"Tidur.. tidur.. banguin Adul noh bikin tenda..!!", sahur Mela.
Nyi ronggeng kenapa lagi sih, sentimen amat sama gw.
"Abis ngeribetin si Sakdul bikin tenda, rasanya gw ngantuk banget. Enak kali ya bisa kelonin OIa yang waah banget bodi nya..", pikir sisi negatif dari gw.
"Gw jepat nih jidat lu!! Gak usah punya pikiran mesum deh, masih mending lu dah sampe di pos ini. Awas aja lu..!!", terang sisi baik dari gw.
"Udah.. udah.. kenapa pada ribut sih lu berdua. Gw yang jalanin malah enjoy aja..", ucap gw buat dua pikiran itu.
"Mas kamu kenapa? Jangan ngelamun melulu deh..", kata Ola tiba-tiba.
"Eeh ia, kenapa pikiran aku jadi mencar-mencar kaya kurap gini ya.."
"Yaudah kamu istirahat dulu aja, biar besok pagi udah fresh..", lanjut Ola.
Mungkin ini efek molekul penampakan yang mengendap-endap di pos 4. Mungkin rada sawan juga gw di buat kebingungan pas lewatin Samarantu.
Gak cukup waktu yang lama, akhirnya mata sayup dengan alis yang seperti golok babi ini pun terpejam.
Dipenghujung sepertiga malam, Gw pun dibangunkan oleh Mela dengan penuh kasih sayang. Dia seperti sedang membangunkan Pangeran William dari tidurnya.
"Bangun, Man. Tidur duluan, bangun belakangan. Kebiasaan banget..", kata Mela.
"Aahh, berisik lu.."
Segera gw bangun dari tidur gw yang syantik. Pas gw keluar tenda, hanya ada hamparan kecabulan si Adul yang asik ngudud dan ngopi.
"Dasar dunia tipu tipu..", ucap gw.
"Genjeeeehhhhhh ngooooopii oraaaaaaa..", tanya Adul.
"Ora gelem jare wong jowo..", jawab gw.
"Apaan, lu ngomong apaan, mas?", tanya Adul.
"Muka lu asem kaya ketek komodo.."
"Bangun tidur aja masih bisa-bisanya becanda.." sahut Yoga ngakak.
"Pada makan dulu aja gih. Beres itu kita lanjut summit ke Plawangan sampe puncak. Makan yang banyak, kata Ola treknya lumayan sulit. Medannya batu dan pasir..", kata mas Buluk.
"Batu pasir..!! Ada semen juga kagak, bang?", tanya Adul.
Kesegrek sosis gw denger Adul ngomong gitu. Dia kira puncak apartemen kali.
"Dah lu, lagi pada makan masih becanda aja..", ujar Mela.
Cuaca yang lumayan dingin, dengan cepat kami menghabiskan sisa makanan yang dihidangkan Mela dan teman-teman cewek lainnya.
Tiba-tiba kami mendengar suara ayam berkokok. Pengen ketawa tapi takut.
Masa iya di ketinggian 3000 mdpl ada ayam jago sih. Pertanda untuk kami segera summit dan meninggalkan pos 7 Jampang ini.
Menuju Plawangan kami disuguhi trek berpasir dan mulai tidak adanya pepohonan di area ini. Kalau kata Mela ini mas batas vegetasi ceunah..
Sinar sunrise mulai terlihat menerbit di ufuk timur. Lautan awan kinton mulai terlihat bergelombang. Setengah merayap, Adul menyemangati dirinya.
"Pucuk.. pucuk.. pucuk.."
"Lu kaya ulet yang di iklan, Dul.."
"Sepatu gw banya pasirnya, mas. Hahaha.."
"Namanya juga trek pasir, ya jelas banyak pasirnya lah.."
"Ola, kata kamu gunung kembang Sumbing dan Sindoro bisa kelihatan di pos Plawangan ini?", tanya gw.
"Nanti, sunrise sedikit naik kalian bakal bisa lihat semuanya. Apalagi cuacanya lumayan cerah.."
"Iya alhamdulillah banget. Pertama kali ke Slamet udah dapet cerah..", lanjut Tio.
"Yang di belakang hati-hati ya. Fokus ke depan. Takutnya gw dan Olah jatuhin batu ke arah kalian..", teriak mas Buluk.
"Tenang, bang. Gw ama Mas leman udah sering disambit pake batu jaman sekolah. Jadi udah ngga aneh buat kita.."
"Amit-amit gw dul ketiban batu..", jawab gw.
"mau lanjut ke puncak Surono ngga?", tanya Ola.
"Jadiin dong..", jawab oga.
"Ya udah kita nunda peralatan dan gendongan kalian disini aja. Bawa yang kalian perlukan aja selama di puncak...", terang mas Buluk.
"Jangan berjalan sejajar ya, kita bentuk skema melebar dari kanan ke kiri. Takutnya ada bebatuan yang longsor kearah kalian di bawah..", terang Ola.
Inilah strategi menggapai puncak yang diarahkan oleh Ola, wanita cantik asal Bumijawa, Tegal dengan ketangguhan fisik dan mental yang luar biasa.
Kegembiraan menapaki Puncak Surono serta kehati-hatian terpampang jelas dari raut wajah teman-teman semuanya.
Sakdul mulai mengurangi ocehan bercandanya.
Mela seekali memandan dan memperhatikan gw disampingnya.
Tio dan Tita kompak saling membantu, memang pasangan suami istri yang oke.
Mas buluk dan Ola sangat berhati-hati memilih pijakan kakinya, mereka takut salah pijak yang bisa menjatuhkan batu kearah kami yang ada di bawah mereka.
Mega dan Yoga, saling beriringan bersama menggapai proses demi proses Puncak Surono.
perlahan tapi pasti, Puncak Surono, atap tertinggi Jawa Tengah kami gapai dengan suka cita. Tidak bisa terucap apa-apa, ngga terbayang kami ada di atap tertinggi Jawa Tengah. Diatap tertinggi provinsi kelahiran emak gw, Marshanda.
Cuaca yang cukup cerah, membuat pemandangan sangat memanjakan mata. Dua gunung kembar, Sindoro dan Sumbing terlihat jauh diselimuti awan kinton. Tapi sayangnya kami tidak bisa melihat view gunung Ciremai, dikarenakan awan yang menghalangi penglihatan kami, yang di maksud Ola adalah arah dimana gunung Ciremai itu berdiri gagah.
"Subhanallah.."
Setelah puas atas nikmat panorama ketinggian gunung Slamet, kami pun memutuskan untuk kembali turun dan membuka skema perjalanan kembali ke Bambangan.
Dua kaki menopan tubuh gw turun dari Puncak Surono. Ditengah trek berpasir memang sedikit lebih cepat bagi kami kembali ke Plawangan.
Gak menyia-nyiakan waktu, akhirnya gw dan Adul ngudud bentaran. Biar pemangangan makin terasa nikmat deh kalau sambil ngudud.
Tapi gak jadi ngudud di mari, dikarenakan bau belerang melarang kami untuk membakar batang demi batang.
"Jangan disini Dul, sama aja lu ngisep belerang..", kata gw
"Yaudah, oke mas.."
Ditengah kehangatan kami berbincang-bincang, Mela dengan serius menghampiri, dan meminta Adul untuk minggir dulu dari gw dan Mela.
"Man, emang gak bisa ya buat kita balikan kaya dulu lagi..", tanya Mela.
"Apa pentingnya sih Mel arti sebuah status, kalo hati dan perasaan ngga seirama.."
"Lu udah gak sayang lagi ke gw Man?"
"Bukan gitu Mela, menurut gw ikatan yang paling di ridhoi itu ikatan pernikahan. Ikatan pacaran bagi gw terlalu fana untuk dijalani, gw takut karena ikatan pacaran itu membuat gw arogan, bertindak seenaknya ke elu.."
"Bertindak seenak nya gimana Man..?"
"Emang elu mau gitu gw cocol, dengan dalih sebuah ikatan hubungan?"
"Ya enggak lah Man, mentang-mentang gw pacaran sama elu, nanti gw bertindak seenaknya ke elu, meskipun emang enak sih. Hahaha.."
"Iya, gw paham Man. Terus baiknya kita kaya gimana..?"
"Baiknya, kita jalani semua apa adanya. Kalo emang jodoh kan pasti ngga kemana. Ada waktunya gw cocol juga kan nantinya.."
"Tapi, kalo emang status pacaran bikin elu ragu, datang kembali ke gw disaat elu udah yakin yah sama gw..", lanjut Mela.
"Iya, insyallah, semoga ada jalan ke arah sana ya Mel.."
Ada hati yang harus gw jaga, ada perasaan yang harus gw hargai. Ada Ola dan Mela, menahan lebih baik daripada harus memulai luka baru. Masih ada Adul sebagai bahan cengan gw. Ternyata hidup gw masih aman dan terbilang ngga kesepian juga.
Selalu ada wanita yang terlibat dari alur ceritanya. Itu menandakan betapa pentingnya sosok wanita di hidup kita. Jaga dan jangan sakiti. Hati wanita yang tersakiti bisa saja mencampurkan sianida pada setiap adukan kopinya.
"Untung aja ini Mela bukan Jessica..", guman gw
BERSAMBUNG
Komentar
Posting Komentar