Pulangnya Seorang Pemabuk - Part 1
Seseorang yang pergi karena sebuah tregedi, kadang sering "pulang" lagi. Seperti kejadian berikut ini yang terjadi di sekitaran tahun 1998-2000.
Tersebutlah Sinta, dia adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara, memiliki seorang kakak laki-laki bernama (sebut saja) Gadang. Seperti kakak beradik pada umumnya, Sinta dan Gadang sering bertengkar, tapi biasanya dalam hati mereka ada rasa saling sayang yang sangat mendalam. Usia mereka berdua hanya selisih 3 tahun, jadi wajar saja kalau diantara mereka jarang ada kata "sepakat" dan lebih sering beda pendapat. Tapi yang itu tadi, sebenarnya mereka tetap saling menyayangi satu sama lain.
Kala itu tahun 1995, Gadang dikeluarkan dari sekolah SMA nya karena berkelahi dengan gurunya. Ya, Gadang menmang tergolong anak yang sangat bandel. Setelah dikeluarkan, Gadang sempat mondok di pesantren, tetapi hanya betah selama satu bulan. Dia pun lalu pulang melarikan diri, dengan alasan tidak betah. Meski Gadang ini anak yang bandel, dia adalah anak kesayangan. Hal ini terbukti dengan orang tua nya yang selalu menawarkan Gadang untuk meneruskan sekolahnya. Tapi karena Gadang tidak mau, akhirnya ia putus sekolah.
Singkat cerita, Gadang bekerja sebagai seorang juru parkir di pasar. Tapi sejak itu Gadang justru menjadi semakin dewasa. Gadang juga jadi jarang bertengkar dengan Sinta. Meski hanya seorang juru parkir, Gadang tidak bekerja untuk dirinya sendiri, karena ia juga berperan sebagai tulang punggung keluarga ke 2 setelah bapaknya. Tak jarang juga ia memenuhi segala kebutuhan sekolah Sinta. Meski sikapnya sudah menjadi lebih baik dan lebih dewasa, Gadang tetap memiliki kebiasaan buruk yang sukar dihilangkan. Gadang masih suka dan sering mabuk-mabukan. Bahkan sudah ada di satu titik dimana jika sehari saja tidak minum, badannya akan terasa tidak enak, katanya. Ibunya juga sering menasehatinya ketika Gadang pulang kerja dalam kondisi mabuk. Tapi mungkin karena dalam pengaruh alkohol, justru Gadang sering ngamuk dan merusak barang-barang yang ada disrumah. Itulah sisi buruk yang masih ada dalam diri seorang Gadang.
Singkat cerita, setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1996, ayah Gadang dan Sinta meninggal dunia. Kebetulan Gadang paling dekat dengan ayahnya, karena ayah Gadang ini adalah orang yang paling sabar didalam keluarganya. Meskipun Gadang sering pulang malam dan dalam keadaan mabuk, sang ayah selalu mau membukakan pintu dan mengajak Gadang ngobrol sampai Gadang tertidur di sofa. Sehari sebelum beliau meninggal, Gadang pulang larut dan dalam keadaan mabuk. Seperti biasanya, ayahnya lah yang membukakan pintu, hingga Gadang duduk dan menghisap rokok. Tiba-tiba saja ayahnya berkata, dan kebetulan Sinta yang kamarnya tepat berada disamping sofa ikut terbangun dan tidak sengaja mendengarkan pembicaraan itu. "Le, mbok ya dikurangi minumnya itu. Kasihan badanmu itu lho..", pesan ayahnya. "Ho..oh.. alon-alon.." (iya, pelan-pelan), jawab Gadang. "Pak mu iki wis tuwo, mengko yan aku ra ono, mung kowe jagoku. Sing bakale ngurusi keluarga iki. Mesakke ibu mu kae, susah nek weruh kowe ngono terus.." (Ayahmu ini sudah tua, nanti kalau aku sudah tidak ada, cuma kamu yang akan diandalkan di keluarga ini. Kasihan ibu mu itu lho, sedih lihat kamu begini terus), lanjut pesan sang ayah. "Iyoo pak.. Wes ah, aku arep turu" (Iyaa pak, sudahlah aku mau tidur), jawab Gadang lagi.Namun benar-benar tak disangka, itulah percakapan terakhir Gadang dan ayahnya, karena keesokan harinya sang ayah meninggal karena serangan jantung. Beliau roboh saat berjalan ke kamar mandi pagi itu.
Sepeninggal ayahnya, tinggal Gadang lh tulang punggung dikeluarga itu. Gadang sempat berubah dan tak lagi mabul-mabukan. Tapi menurut Sinta itu hanya bertahan beberapa bulan saja. Setelahnya Gadang tetap pulang malam dan mabuk-mabukan. Sinta tak bisa berbuat banyak, karena kebutuhan sekolahnya selalu dipenuhi oleh Gadang. Dan entah pekerjaan sampingan apa lagi yang Gadang lakukan selain menjadi juru parkir. Yang jelas perekonomian keluarga mereka justru menjadi lebih baik. Meski masih mabuk-mabukan, Gadang selalu ingat pesan ayahnya. Setiap dia mabuk, dia memilih untuk pulang sangat larut agar ibu nya tidak tahu. Jadi setahu ibu nya, Gadang memang sudah tidak mabuk-mabukan lagi. Hanya Sinta satu-satunya orang dirumah yang mengetahui kalau Gadang masih sering mabuk-mabukan, karena setiap malam Gadang selalu mengetuk jendela kamar Sinta dan memintanya untuk membukakan pintu.
Kebiasaan itu terus berlanjut hingga beberapa waktu lamanya. Setiap antara jam 1-2 dini hari. "Tok..tok..tok.. Sin.. bukakno lawang.." (Tok..tok..tok.. Sin.. bukain pintu..), pinta Gadang dengan suara berbisik. Dan itu terjadi hampir disetiap malam. Tak jarang membuat Sinta kesal. Tapi mau bagaimana lagi..
BERSAMBUNG
Komentar
Posting Komentar