KOS.JOGJA.NAYRA (Based on True Story)
Perkenalkan namaku Dita, mahasiswi angkatan 2017 disalah satu universitas di Jakarta. Walau lahir dan besar di Jakarta, tapi kedua orang tuaku berasal dari Jogjakarta, mereka merantau ke ibukota sebelum aku lahir. Karena itulah hingga saat ini masih banyak kerabat dan saudara yang menetap di Jogja. Jadi Jogjakarta bisa dianggap sebagai kota tempat asalku juga. Minimal sekali setahun saat lebaran aku pasti mengunjungi kota gudeg ini, selebihnya aku hanya liburan untuk datang kerumah mbah dan lain saudara lainnya.
Aku sangat mencintai Jogja. Orang-orangnya, lingkungannya, budayanya. Apalagi rumah mbah ku masih terletak di pedesaan, jauh dari hiruk pikuk ramainya kota. Yang paling beda di rumah mbah, ketika bangun pagi dan membuka jendela kamar, pemandangannya adalah hamparan sawah pedesaan. Itu salah satu yang selalu membuatku rindu akan Jogja. Pemandangan seperti itu ngga akan aku temui di Jakarta.
Semasa SMU aku memiliki beberapa sahabat, salah satunya adalah Kiara. Orang tua Kiara tinggal disalah satu daerah di Jakarta Selatan. Ketika lulus SMU, aku dan Kiara terpaksa berpisah, karena kami diterima di dua universitas yang berbeda, aku tetap di Jakarta dan Kiara masuk di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Iya, akhirnya Kiara tinggal dan menetap di Jogja.
Waktu itu perasaan kami senang bercampur sedih. Senang karena akhirnya bisa diterima di kampus negeri, sedih karena harus berpisah jauh. "Yaa.. kamu kan banyak saudara di Jogja Ta. Kamu juga sering ke Jogja, bisa main ke kosan aku kan nanti..", begitu kata Kiara waktu itu. Benar juga, kami akan masih sering bertemu kok nanti walau ngga akan se intens waktu sekolah. Singkat cerita kami berpisah untuk berkuliah di kampus masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, benar adanya, aku sering ke Jogja dan datang mengunjungi Kiara kalau ada libur kuliah beberapa hari, sekalian sowan ke rumah mbah juga tentunya. Selain pengalaman seru dan menyenangkan bersama Kiara, ternyata ada juga pengalaman yang aneh dan menyeramkan. Kebetulan aku sendiri yang mengalaminya. Rentetan peristiwa yang terjadi ketika aku berkunjung ke tempat kost Kiara. Kejadian yang masih sangat aku ingat detailnya hingga sekarang.
Dua tahun lalu, tepatnya bulan Maret 2019, aku berkunjung ke Jogja. Memang sengaja untuk liburan. Pertama karena sedang ada libur kuliah yang agak lama. Kedua, pada tanggal 15 Maret Kiara berulang tahun, sekalian lah pikirku. Kebetulan saat itu Kiara ngga libur kuliah, jadi dia tetap di Jogja. Berangkat dari Jakarta hari Kamis tanggal 14 Maret dengan kereta pagi. Rencananya aku akan memberikan surprise ultah kepada Kiara tepat di tengah malam itu.
Singkatnya, tanpa kendala berarti aku sampai juga di Jogja. Sore itu cuaca sangat cerah, di Stasiun Tugu keretaku berhenti. Suasanya Jogja yang sangat aku rindukan, senyumku selalu sumringah setiap kali aku menginjakkan kaki di kota ini.
Aku memutuskan untuk ke tempat kos Kiara terlebih dahulu, baru esok hari akan ke rumah mbah.Tempat kost kiara terletak di daerah Pogung Dalangan, dekat dengan fakultas Teknik UGM. Daerah yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari Stasiun Tugu, hanya sekitar 20 menit menggunakan transportasi online. "Aku sudah di stasiun ya Ra, sebentar lagi sampai di kost mu. Kamu mau nitip apa, sekalian?", tanyaku ke Kiara lewat WA. "Alhamdulillah, ngga usah beli apa-apa. Langsung ke sini aja..", balas Kiara.
Sesampainya di kost Kiara, kami melepas rindu dengan saling bercerita. Senang rasanya bertemu lagi dengan sahabat yang selalu ceria ini, setelah sudah nyaris setahun lamanya sejak pertemuan terakhir kami. "Kamu ngga ada kuliah emang hari ini?", tanyaku. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul lima sore. "Ini aku barusan pulang, jadwal agak padat seharian tadi..", jawab Kiara.
Kos-kosan Kiara ini berbentuk rumah besar bertingkat. Di dalamnya ada sembilan kamar, empat dilantai dasar, lima di lantai atas, setiap lantai memiliki dua kamar mandi yang dapat digunakan oleh seluruh penghuni kost. Ada dapur juga yang letaknya di lantai satu dibagian belakang, samping tangga menuju lantai dua, dekat kamar mandi. Di tengah lantai satu ada ruang tengah yang berisi sofa, meja, tv dan beberapa kursi. Diruang tengah inilah biasanya penghuni kost makan atau sekedar ngobrol. Kamar Kiara berada di lantai dasar, dekat dapur dan kamar mandi. Di sebelah kamar Kiara ada satu kamar. Sementara dua kamar lainnya berada didepannya, terpisahkan oleh ruang tengah. Diruang tengah inilah kami berbincang seru pada sore itu. Besar, tempat kost yang besar. Tempat kost yang luas dan cukup nyaman. Kiara bilang, waktu itu rumah kost ini tidak sepenuhnya terisi, hanya ada lima kamar yang berpenghuni. Sedangkan empat sisanya kosong, karena baru saja ditinggal penghuninya.
Perbincangan seru kami akhirnya haru terhenti karena waktu maghrib tiba. Seluruh penghuni kost masuk kekamarnya masing-masing untuk sholat, begitu juga dengan kami. Lepas maghrib, Kiara pamit untuk keluar sebentar, mau beli makan katanya, "Aku kaluar sebentar ya. Kamu disini aja, istirahat. Kalau mau nonton TV, ke ruang tengah aja. Ada Dewi tuh, kamu sudah kenal kan", kata Kiara pamit. "Iya, santai aja. Tapi jangan lama-lama..", jawabku. Beberapa menit setelah kepergian Kiara, aku memutuskan untuk keluar kamar, menuju ruang tengah untuk nonton TV. Dan memang benar, memang ada Dewi disana.
"Sini Ta, nonton TV disini, ngapain dikamar sendirian..", kata Dewi ramah ketika melihatku muncul dari dalam kamar Kiara. Akhirnya aku mengobrol dengan Dewi di ruang tengah. Dewi bilang kalau kamar dia dilantai atas, bersama dengan dua penghuni lainnya. Dilantai dasar hanya ada Kiara dan satu penghuni lagi yang belum aku kenal orangnya., Selvi namanya. Dewi juga bilang, katanya nanti malam jam 12 tepat dia dan teman kost lain akan bikin kejutan buat Kiara, kejutan ulang tahun. "Nanti menjelang jam 12, kamu kebagian tugas jagain Kiara ya, jangan sampai dia keluar kamar. Aku bareng Selvi siapin kue dan lilinnya..", kata Dewi.
Kejutan ultah? Wah ini pasti seru, begitu pikirku dalam hati. Kami hanya sebentar mengobrol, karena Dewi harus masuk ke kamarnya untuk menerima telpon. Setelah Dewi masuk ke kamarnya, tinggal aku sendiri di ruang tengah. Masih jam tujuh lewat sedikit tapi di rumah kost ini sudah sepi, hanya suara TV yang terdengar dengan volume sedang. Walau sesekali terdengar suara kendaraan melintas dijalan depan rumah, tapi tetap saja kondisi rumah cenderung sepi. Udara didalam rumah yang tidak terlalu panas, membuatku sangat nyaman berlama-lama di ruang tengah, duduk di sofa besar nan empuk.
Semakin lama aku duduk dan makin bersandar, aku merasa semakin nyaman, dan selanjutnya posisi dudukku berubah menjadi nyaris rebahan."Ah.. Kiara lama juga beli makan", ucapku dalam hari ketika sudah hampir satu jam Kiara belum pulang juga. Dalam kesendirian, jari tanganku sesekali menekan tombol di remote TV, mencari saluran yang cocok dihati. Rasa nyaman ini membuatku perlahan-lahan merasa mengantuk, ditambah dengan kondisi tubuh yang lelah karena perjalanan dari Jakarta siang tadi. Berat mata ini, layar TV menjadi agak nge-blur karenanya. Aku benar-benar mengantuk, nyaris tertidur. Iya, nyaris..
Karena akhirnya rasa kantukku hilang karena aku dikagetkan oleh suara pintu terbuka. Pintu kamar di sebelah kamar Kiara, yang letaknya persis didepanku. Kamar yang sejak sore tadi aku pikir dalam keadaan kosong, ternyata ada penghuninya. "Mbak..", sapaku ke perempuan yang muncul dari dalam kamar itu, basa-basi sambil membenarkan posisi yang menjadi duduk tegak kembali. Masih muda dan cantik, sepertinya dia juga mahasiswi yang juga masih satu angkatan denganku. Dia membalas sapaanku dengan senyuman.
Berhenti sebentar didepan pintu kamarnya, kami bertatapan beberapa detik lamanya sebelum dia melanjutkan langkahnya ke belakang rumah, sepertinya menuju kamar mandi atau dapur. Aku tidak tahu pasti karena saat itu Kiara datang dan langsung mengalihkan perhatianku. "Sorry lama Ta, tadi aku ketemu teman kampus, jadinya ngobrol dulu..", kata Kiara sambil cengengesan. Setelah itu kami tetap diruang tengah, makan dan kembali mengobrol. Sesi ngobrol kali ini menjadi lebih seru karena Dewi kembali datang dan bergabung dengan kami. Ditambah lagi tidak lama setelah itu Selvi datang dan juga ikut ngobrol.
Sampi akhirnya jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Dewi dan Selvi memberiku kode supaya mengajak Kiara masuk ke kamar, memberi kesempatan untuk mereka menyiapkan kue kejutan untuk Kiara. Sebelumnya Dewi juga bilang kalau nanti jam 12 ada beberapa teman dari kos-kosan sebelah yang juga akan memberikan kejutan. Jadi tidak hanya kami bertiga. "Ra, ke kamar yuk, aku ada titipan dari papa kamu di tas tuh..", ajakku sedikit berbohong, dan Kiara mengikuti ajakanku untuk masuk ke kamar. Pintu kamar sengaja kututup, supaya pergerakan Dewi dan Selvi tidak terlihat. Beberapa menit kemudian aku lihat dari jendela kamar, lampu ruang tengah mati, mungkin sengaja dimatikan oleh Dewi, supaya menjadi gelap gulita. Entah Kiara sadar atau tidak dengan adanya pergerakan Dewi dkk di luar kamar. Tapi.. ternyata kejutan kami berhasil. Jam dua belas lebih sedikit Dewi dkk mengetuk pintu kamar, surprise !!
Dewi, Selvi dan beberapa teman lainnya sudah berkumpul di ruang tengah dengan kue ditangan. Ruang tengah menjadi heboh dan ramai, tapi masih dalam keadaan gelap gulita karena lampu memang belum dinyalakan. Saat heboh dan rami didalam gelap itulah aku melihat ada hal yang aneh.. Aku baru ingat dengan perempuan yang tinggal dikamar sebelah, perempuan yang aku sapa ketika sedang sendirian diruang tengah jam delapan tadi. Baru teringat lagi dengannya, karena aku melihat dia tengah berdiri didepan pintu kamarnya. Dia hanya diam berdiri..
Ruang tengah masih gelap gulita, penerangan hanya dibantu sedikit cahaya dari luar rumah yang masuk dari sela-sela jendela. Sebelumnya agak terang karena ada cahaya dari lilin kue ultah, tapi hanya sebentar karena Kiara meniup lilin itu hingga padam. Baru saja aku ingin mengajak perempuan itu bergabung bersama kami, tiba-tiba ruang tengah menjadi terang benderang, anak-anak yang lain menyalakan lagi lampu diruang tengah. Teriakan heboh kembali ramai meriuhkan suasana. Menghalangi pandanganku kepada perempuan kamar sebelah itu. Beberapa detik setelah lampu menyala, perempuan itu menghilang, tidak ada ditempatnya lagi. "Mungkin dia sudah masuk ke kamarnya lagi..", begitu pikirku saat itu.
Kami melanjutkan acara. Memotong kue dan memakannya ramai-ramai. Kembali perhatianku teralihkan, aku sangat penasaran dengan perempuan itu, ingin sekali bertanya tentang dia kepada Kiara, Dewi atau siapapun yang ada disitu saat itu.
Singkat cerita, acarapun selesai. Jam satu lewat kami semua sudah kembali ke kamar masing-masing, termasuk aku dan Kiara. "Terima kasih lo Ta kejutannya.. jauh-jauh kamu dari Jakarta untuk ini", kata Kiara. "Hahaha.. sekalian aku liburan kan Ra..", jawabku. "Oya, nanti aku ada kuliah pagi, mungkin jam tujuh aku sudah berangkat ke kampus. Kamu sendirian di sini ngga apa kan ya? Kalau kamu mau pergi, kunci kosan km titipin ke Ibu warung depan aja..", kata Kiara. "Ngga apa Ra, aku juga harus kerumah mbah ku dulu kan. Besok atau lusa aku kesini lagi..", balasku menjelaskan.
Paginya aku sempat terbangun sebentar ketika Kiara pamit untuk berangkat kuliah, tapi setelah itu aku kembali tertidur. Hampir jam delapan aku baru benar-benar terbangun, dan berniat untuk ke kamar mandi. Rumah kost ini sangat sepi, tidak terdengar ada penghuninya. Mungkin mereka semua sedang beraktivitas masing-masing. Tidak terdengar juga suara TV dari ruang tengah, benar-benar hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang melintas didepan rumah. Dari sela jendela kamar aku juga melihat kalau ruang tengah masih gelap, hanya ada cahaya matahari yang sedikit menembus masuk dari celah jendela depan.
Belum sempat aku membuka pintu kamar, dari sela jendela lagi-lagi aku melihat perempuan yang tinggal di kamar sebelah, dia melintas didepan kamar Kiara, berjalan kearah belakang, kearah dapur dan kamar mandi. "Ah dia belum berangkat ke kampus..", pikirku dalam hati. Ada rasa sedikit lega aku melihat dia, artinya aku tidak sedang benar-benar sedirian dirumah sebesar ini.Setelah berguman sendiri lalu dengan niat bulat aku aku keluar untuk menuju ke kamar mandi. Tapi sesampainya didepan pintu kamar mandi, yang letaknya disamping tangga untuk naik keatas dan didepan dapur, ternyata aku tidak melihat perempuan itu. Padahal aku sudah berniat untuk sekedar bertegur sapa lagi dengannya.
Dapur kosong tidak ada orang, dua pintuk kamar mandi semuanya dalam keadaan terbuka dan juga kosong. "Kemana dia?", tanyaku dalam hati. Sedikit bingung karena tadi aku jelas-jelas melihatnya berjalan lewat didepan kamar. "Ohh.. mungkin dia naik keatas..", sekali lagi aku berpikir dalam hati, mengambil kesimpulan sendiri. Iya memang kemungkinannya hanya keatas jika di kamar mandi dan didapur tidak ada. Tanpa berpikir panjang lagi, aku melanjutkan niatku untuk kekamar mandi.
Singkat cerita, aku kembali kedalam kamar. Selama didalam kamar, aku membiarkan pintu kamar terbuka. Jadi dari dalam kamar aku bisa melihat ruang tengah dengan sangat jelas. Sibuk membereskan tas ku, karena aku harus kerumah mbah. Begitu fokusnya aku membereskan barang-barang, sampai-sampai aku tidak menyadari kalau (mungkin) sejak tadi sudah ada orang yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Aku sedikit terkejut ketika akhirnya sadar akan hal itu. Ternyata itu adalah perempuan kamar sebelah. Dia sudah berada diruang tengahm duduk menghadap TV yang sedang dalam keadaan mati. Duduk menghadap ke kamar Kiara yang pintunya dalam keadaan terbuka, dan ada aku didalamnya.
Dia duduk diam memandangku. Setelah kagetku reda, aku tersenyum padanya dan dia pun membalas senyumku. Tanggung sedikit lagi selesai, maka aku meneruskan membereskan barang-barangku, dan setelah beres nanti aku akan mendatanginya. Setelah selesai, aku berbalik berniat untuk mendatangi perempuan itu. Alangkah terkejutnya aku, ternyata perempuan itu sudah tidak duduk disofa panjang itu lagi. Tapi dia sudah berada didepan pintu kamar Kiara. Jelas aku kaget bukan main, tidak ada suaranya tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu. "Hai mbak, kita belum kenalan dari kemarin. Aku Dita, temannya Kiara", sapaku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan. Dia masih tetap diam dan tersenyum datar, tapi menyambut uluran tanganku, kami bersalaman. "Aku Nayra..", begitu dia menyebutkan namanya. Pelan.. "Mbak Nayra tinggal dikamar sebelah kan ya?', tanyaku lagi. Dia hanya mengangguk pelan, tidak mengeluarkan suara sedikitpun. "Kenapa semalam ngga ikut ngobrol sama kita mbak?", lagi-lagi aku bertanya. Dia tetap diam dan hanya menggelengkan kepala.
Dalam remangnya ruang tengah, aku melihat kalau Nayra ini adalah perempuan cantik. Rambutnya sebahu, tubuhnya langsing dan berkulit putih bersih. Mengenakan celana jeans dan berkaus putih lengan panjang. Tapi rasanya ada yang aneh. Wajahnya lesu seperti orang yang kelelahan atau kurang tidur. "Sebentar lagi saya pamit ya mbak, mau ke rumah mbah saya. Masih di Jogja juga kok..", kembali aku membuka percakapan. Lagi-lagi dia hanya mengangguk. Setelah itu Nayra berbalik meninggalkanku, masuk ke kamarnya. "Orang yang aneh, pendiam sekali", pikirku dalam hati.
Singkat cerita, di hari Minggunya, Kiara memintaku untuk kembali ketempat kost nya lagi. Dia ingin mengajakku untuk keliling Jogja. Banyak angkringan baru yang menurut dia tempatnya enak untuk makan dan ngobrol. Katanya mumpung hari Minggu, dia tidak ada kegiatan perkuliahan sama sekali. Ya sudah, pagi itu aku berangkat adari rumah mbah menuju Pogung. Tidak sampai satu jam aku sudah sampai di kost Kiara.
"Dita, aku ke minimarket dulu ya. Kalau kamu sudah sampai, kamu langsung masuk aja. Ada Dewi diruang tengah", aku membaca pesan WA dari Kiara, ketika baru saja sampai didepan rumah kost nya. Aku membuka pagar dan langsung masuk ke terasnya. Sepertinya rumah masih sepi, karena ketika ak mengetuk pintu tidak ada yang membuka kan. Selang beberape menit aku mengetuk pintu, ah syukurlah kali ini ada yang membukanya dari dalam.
"Eh mbak Nayra..", ucapku sambil tersenyum. Ketika ternyata Nayra yang membukakan pintu. "Makasih ya, maaf aku ganggu..", kembali aku berkata sendiri, karena Nayra hanya tersenyum tipis dalam diam. Kemudian kami sama-sama masuk dan aku menutup pintu. Dalam perjalanan menuju kamar Kiara, aku melangkah dibelakang Nayra. Yang aneh, dia masih mengenakan pakaian yang sama seperti ketika kita bertemu pada saat pertama kali, celana panjang jeans dan kaus putihlengan panjang. Sesampainya didepan kamar Kiara, sekali lagi aku mengucapkan terimakasih.
"Mbak Nayra.. terimakasih ya sudah bukakan pintu..", namun Nayra tidak menjawab, masih diam sambil meneruskan langkahnya ke belakang rumah. Ya sudah aku pun tidak berpikir pajang lagi, langsung masuk kedalam kamar Kiara. Didalam kamar kembali aku membiarkan pintu kamar terbuka. Aku merebahkan tubuh diatas kasur, sedikit terasa lelah karena perjalanan tadi. "Nah gitu dong, main kesini lagi..", suara Dewi sungguh membuatku terkejut, tiba-tiba dia sudah ada didepan pintu. "Iya nih, Kiara mau ngajak jalan katanya", jawabku. "Oh gitu.. lho, Kiaranya mana? Mana dia?', tanya dewi. "Ke minimarket sebentar katanya. Tadi aku datang dia sudah ngga ada..", balasku. "Terus siapa yang bukain pintu buat kamu tadi?", tanya Dewi lagi. "Oh.. Nayra yang di kamar sebelah. Hari jumat kemarin kita sudah kenalan kok. Hehehe..", jawabku enteng. "Nayra? Nayra kamar sebelah? Bukan Selvi? Serius kamu? Ngga salah?", rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Dewi menggambarkan kalau Dewi sangat kaget mendengar jawabanku. "Benar Wi.. emang kenapa sih?", jawabku menegaskan.
"Ngga.. ngga apa-apa.. Eh, aku ke kamar dulu ya", jawab Dewi terbata-bata. Lalu dia terburu-buru melangkah menuju kamarnya diatas, meninggalkan aku sendiri di kamar Kiara. "Aneh.. kenapa tuh anak..", aku berguman sendiri. Tidak berapa lama kemudian Kiara datang. Paras wajahnya cerah ceria melihatku, "Sore ini kita jalan-jalan ya, sekalian mampir warung kopi punya temanku, enak tempatnya..", kata Kiara. Kami sempat mengobrol panjang. Tapi obrolan kami berhenti ketika aku membahas tentang Nayra.
"Jadi tadi Dewi kan yang bukain pintu?", tanya Kiara. "Bukan Ra, bukan Dewi, tapi Nayra.. teman kamu yang disebelah", jawabku santai. "Nayra? Serius kamu Ta?", kembali Kiara bertanya, kali ini dengan wajah serius. "Kamu persis kaya Dewi tadi, langsung aneh ketika aku sebut nama Nayra. Emang ada apa sih?", tanyaku balik. "Nanti aja ceritanya, sekarang kita jalan dulu yuk..", tiba-tiba Kiara langsung mengajakku pergi saat itu juga. Padahal tadinya Kiara mau mengajak pergi sore, dan ini masih siang.
Singkatnya kami sampai diwarung kopi milik teman Kiara. Disinilah Kiara bercerita panjang lebar. "Kamu yakin tadi yang bukain kamu pintu itu namanya Nayra?", Kiara bertanya dengan mimik serius. "Yakin Raaa...kan hari Jumat kemarin kami sudah sempat kenalan, waktu kamu sudah pergi kuliah..", jawabku tegas. Kemudian Kiara mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto yang ada didalamnya. "Ini bukan orangnya? Yang berdiri ditengah, kaus putih lengan panjang?", tanya Kiara. Aku memperhatikan foto itu dengan seksama. Foto seseorang yang aku yakin sangat kenal, "Iya itu orangnya, Nayra. Emang ada apa sih?', tanyaku heran. Kiara pun menjelaskan..
"Benar, itu Nayra, dia kos disebelah kamarku. Mahasiswi di Jogja juga, angkatan satu tahun diatas kita", Kiara mengawali cerita. "Terus emang kenapa sama dia?", tanyaku polos. "Nayra sudah meninggal kira-kira dua bulan yang lalu. Kecelakaan motor sama adiknya waktu mau pulang kerumahnya di Semarang. Adiknya selamat, Nayra nya meninggal ditempat..", aku terdiam mendengar cerita Kiara. "Rumah kos itu dulu penuh, semua kamar terisi. Setelah Nayra meninggal, banyak penghuni yang pergi pindah kos. Alasannya mereka sering melihat kehadiran Nayra didalam rumah. Mereka ketakutan sampai akhirnya memilih untuk pindah kos. Sekarang seperti yang kamu tahu, dirumah itu cuma tersisa aku , Dewi, Selvi, Rena dan Indri. Bahkan Rena dan Indri sudah sangat jarang tinggal di rumah kos itu lagi, lebih sering menginap di kos temannya, sambil mencari kos yang baru, mereka ketakutan.."..
TAMAT
Komentar
Posting Komentar