Office Boy (Cerpen)

 Kenalkan saya Okta. Ini adalah cerita selama saya masih menjadi mahasiswi disalah satu universitas yang ada di salah satu kota di Jawa Timur. Sebenarnya saya termasuk orang yang sangat penakut dan sama sekali tidak ingin berhubungan dengan hal-hal yang gaib. Tetapi anehnya semakin saya menghindari hal-hal semacam itu, semakin hal-hal seperti itu justru seolah-olah mendekat ke saya. Selama ini saya hanya mendengar suara-suara yang aneh atau hanya merasaka jika ada sesuatu yang tidak enak. Di kampus ini saya menemukan sebuah pengalaman yang bisa saya bilang lengkap. Mulai dari hanya sekedar merasakan, mendengar bahkan dilihatkan secara fisik atau wujud sesuatu yang sebelumnya tidak pernah saya lihat. 

Pengalaman saya ini bermula dari saat kamus saya akan mengadakan sebuah event yang dimana akan ada beberapa lomba dan salah satu lombanya itu adalah English Drama. Dan setiap kelas itu diwajibkan untuk ikut lomba tersebut dengan cara mengirim video. Akhirnya karena saya saat itu adalah mahasiswa baru, jadi saya dan teman-teman yang lain cuma nurut-nurut saja dengan ketentuan kampus. Dan pada saat itu kelas saya menentukan untuk latihan drama di dalam kampus selama on progress sebelum deadline pengiriman video nya. Kenapa kita memutuskan untuk latihan dikampus daripada ditempat lain atau dirumah salah satu dari kita, karena kita menganggap lebih efisien kalau kita latihan dikampus. Dan kebetulan hari dimana kita menentukan untuk latihan, kampus kita sedang tidak ada kelas selama seharian penuh. Jadi kita bisa lebih bebas menggunakan ruangan yang ada.

Ahri itu saya berangkat dari rumah sekitar jam setengah 10, karena rumah saya dari kampus kebetulan tidak terlalu jauh., dan ternyata saya adalah orang pertama yang sampai dikampus dibanding teman-teman yang lain. Dan saat itu saya cuma ketemu dengan dua orang Office Boy (OB), selebihnya kosong tidak ada siapapun disana. Setelah bertegur sapa dan basa basi sebentar dengan OB yang ada disitu, saya menunggu teman-teman yang lain selama 15-20 menit dimana ternyata mereka juga tidak sampai-sampai. Karena teman-teman yang lain molor, akhirnya saya tanpa pikir panjang memutuskan untuk naik duluan ke kelas yang ada di lantai tiga. Yang dimana bodohnya saya waktu itu adalah, waktu itu saya sama sekali tidak berpikir kalau nantinya diatas saya hanya akan sendirian dan mungkin saja kondisi ruangan-ruangan diatas nantinya masih dalam kondisi gelap. 

Ditengah tangga menuju lantai tiga, saya berhenti sebentar karena sudah terlihat beberapa ruangan yang memang masih dalam keadaan gelap. Saya bingung antara meneruskan naik atau kembali turun dan nunggu  teman-teman yang lain datang baru kemudian naik lagi keatas, secara saya adalah orang yang sangat penakut. Tapi disatu sisi saya juga merasa gengsi kalau harus turun lagi, karena malu kalau-kalau OB yang dibawah tadi bertanya kenapa turun lagi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk lanjut naik sampai ke lantai tiga. 

Setelah melewati lantai dua yang dimana semua ruangan masih gelap dan yang menyala hanya lampu toilet dan itupun ada diujung, jadi lampu dari toilet sangat kontras dengan keadaan yang gelap diluar toilet. Lorng disana juga sangat sepi bahkan suara langkah kaki saya seperti menggema disepanjang lorong yang saya lewati. Karena takut akhirnya saya lari ke tangga yang menuju ke lantai tiga dan naik tangganya pun saya lari. Saya merasa aneh, seperti orang stuck yang tidak tahu mau kemana. Turun malu, berhenti dilantai dua juga kosong, naik kelantai tiga dan menunggu disana juga masih tidak ada siapa-siapa. Seperti merasa maju mundur kena. 

Sampai dilantai tiga juga dengan keadaan yang mirip dengan lantai dua. Sepi, kosong dan hanya lampu toilet yang menyala. Samapi dilantai tiga pun saya tidak berhenti berlari. Saya buru-buru ke kelas saya dilantai itu dan syukurnya kelas saya itu posisinya ada disisi paling pinggir gedung yang dimana salah satu sisi dari ruang kelas itu adalah jendela yang langsung menghadap keluar, langsung menghadap kejalan. Otomatis kelas saya adalah kelas yang paling terang dan paling banyak cahaya masuk. Lumayan sedikit mengurangi rasa takut saya.

Setelah sampai kelas, buru-buru saya masuk dan tutup pintu kelas. Karena kalau pintu kelas itu ditutup otomatis kelas itu jadi ruangan yang kedap suara dan saya tidak bisa mendengar apa-apa dari luar. Sambil nunggu saya putuskan untuk sedikit beres-beres kelas, pinggir-pinggir in bangku dan lain sebagainya supaya kelas itu jadi bisa dipakai untuk latihan drama nantinya. 

Ditengah-tengah saya membereskan kelas, saya mendengar suara langkah kaki. Yang dimana itu tidak masuk akal karena kalau pintu kelas sudah ditutup, suara dari luar tidak akan terdengar sama sekali. Dan saya ingat saya sudah menutup rapat pintu kelas sejak tadi saya masuk. Tapi ini anehnya saya dengar langkah kaki yang sangat jelas, seperti langkah kaki itu hanya ada di depan pintu kelas saya. Dan seolah-olah pemilik langkah kaki itu seperti sengaja menghentakkan kaki ke lantai supaya saya yang ada didalam ini bisa mendengar. Tapi tidak lama, beberapa menit kemudian suara itu hilang. 

Akhirnya saya selesai beres-beres kelas, sambil main HP saya duduk dan nunggu teman-teman yang lain. Main game, chat temen, ngobrol ini itu, biasalah. Pada saat itu ketika saya masih main HP dan suasana sedang hening, tiba-tiba ada yang mengetok pintu kelas. Saya pikir teman saya yang datang. Saya berdiri dan buka pintu, ternyata salah satu OB yang tadi dibawah sempat bertemu dengan saya. Sebut saja namanya Mas Jaka. Dia menyapa saya, "Ngapain to mbak disini sendirian, kenapa ngga nunggu dibawah saja?". Dan saya jawab, "Ngga papa mas, saya nunggu disini aja sekalian beres-beres. Jadi nanti pas udah pada datang bisa langsung latihan". Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sedikit tentang kegiatan lomba yang akan diadakan kampus ini. Yang jelas apa yang sudah kita obrolkan di bawah tadi, dibahas lagi sama dia. 

Kita ngobrol biasa, dan dia pun ramah seperti biasanya. Sampai akhirnya dia bilang, "Ya udah kalau gitu mbak. Hati-hati sendirian. Kalau ada apa-apa langsung ada kebawah aja". Setelah itu dia menutup pintu kelas. Selang beberapa detik dari dia menutup pintu, ada salah satu teman yang masuk. Benar-benar langsung masuk dengan membuka pintu sangat keras. Ternyata teman saya ini juga sambil lari karena dia juga merasa takut dengan keadaan yang masih sepi dan gelap. 

Teman saya ini kemudian bilang sambil ngos-ngosan, "Weehhh sepi banget, ngeri". Saya pun bilang, "Lho emang tadi ngga ketemu Mas Jaka?". Dia jawab, "Mas Jaka darimana, wong ngga ada siapa-siapa". Seketika itu saya cuma diam. "Terus tadi yang ngajak saya ngobrol siapa?", tanya saya dalam hati. Sebentar saya diam dan coba ngomong lagi ke teman saya, "Lah barusan Mas Jaka itu kesini ngajak ngobrol. Dia berdiri disitu, dipintu. Setelah dia tutup pintu juga beberapa detik kamu masuk, ngga mungkin kamu ngga ketemu dia", jelas saya sambil menunjuk pintu. Dia jawab, "Kenyataannya emang ngga ada siapa-siapa. Ngga usah becanda..".

Akhirnya kita berdua diam, sama bingung dan dia bilang, "Udah ngga usah dibahas.."

The End 


Komentar

Postingan Populer